MINIRISET HORTIKULTURA
PENGARUH
PERBEDAAN PENYIRAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN BAYAM HIJAU (Amaranthus
hybridus L.)
A. Tujuan
Proyek
Proyek
ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan penyiraman yang dilakukan terhadap
pertumbuhan tanaman bayam hijau, dimana ada 2 perlakuan penyiraman yang berbeda
pada tanaman tersebut, yaitu tanaman P1 (penyiraman dilakukan satu kali dalam
sehari pada pagi hari) dan P2 (penyiraman yang dilakukan dua kali sehari pada
pagi dan sore hari). Pada penelitian proyek yang dilakukan ini, hal yang
diamati yaitu dari banyaknya daun yang tumbuh dan juga tinggi tanaman.
B. Tinjauan
Pustaka
Bayam
hijau (Amaranthus hybridus L.) merupakan tumbuhan yang biasa ditanam
untuk dikonsumsi daunnya sebagai sayuran hijau. Bayam juga merupakan salah satu
sayuran yang sering dijadikan olahan makanan, baik itu sebagai menu utama
ataupun olahan cemilan yang kaya akan gizi. Didalam daun bayam, terdapat cukup
banyak kandungan protein, mineral, kalsium, zat besi, dan vitamin yang
dibutuhkan oleh tubuh.
Tanaman
ini berasal dari Amerika tropik, namun kini sudah tersebar didaerah tropis dan
subtropis seluruh dunia. Bayam hijau dapat tumbuh sepanjang tahun, baik
didataran rendah maupun dataran tinggi. Waktu tanam bayam yang baik ialah awal
musim hujan. Bayam akan tumuh dengan baik bila ditanam pada tanah dengan
derajat keasaman (pH) sekitar 6-7. Bila pH kurang dari 6, bayam akan tumbuh
tidak optimal. Sementara itu, pada pH diatas 7, tanaman bayam akan mengalami
klorosis (khususnya pada bayam merah), yaitu timbul putih kekuning-kuningan,
terutama pada daun yang masih muda. Suhu udara yang dikehendaki sekitar 20-32º.
Tanaman
bayam memerlukan banyak air, oleh karena itu kenapa tanaman ini sangat tepat
ditanam pada awal musim penghujan. Namun memang, dapat juga ditanam pada musim
kemarau, tapi dengan tanah yang gembur dan subur. Dapat pula tumbuh diatas
tanah liat asalkan diberi pupuk kandang yang cukup.
Dalam
proses pertumbuhan tanaman sangat membutuhkan air, baik untuk kebutuhan menjaga
turgiditas sel maupun untuk melangsungkan metabolisme, khususnya untuk
fotosintesis. Proses fotosintesis membutuhkan air sebagai bahan baku dalam
pembentukan fotosintat, khususnya karbohidrat, dimana CO2 + H2O dengan bantuan
cahaya akan membentuk C6H12O6. Air terutama dibutuhkan pada fase cahaya sebagai
sumber electron untuk membentuk energy kimia dalam bentuk NADPH2 dan ATP.
Energi kimia tersebut akan digunakan untuk mereduksi CO dalam fase gelap untuk
menghasilkan C6H12O6+ O2. Jika tanaman mengalami cekaman air, maka laju fotosintesis
terus menurun karena tidak mampu membentuk NADPH2 dan ATP yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan energy dalam mereduksi CO (Sarawa, 2009) (Sarawa et al., 2014).
Tanaman
akan mampu tumbuh dengan baik bila kebutuhan airnya dapat terpenuhi dalam
jumlah dan waktu yang tepat, serta unsur hara, CO2, temperatur dan sinar
matahari yang tersedia mencukupi. Lubis (2000) dalam Thomas, (2013) mengatakan bahwa
jika tanaman kekurangan air, maka proses pertumbuhan terhambat dan hasil akan
menurun. Pemberian yang di bawah kondisi optimum bagi pertumbuhan tanaman, akan
berakibat tanaman akan terhambat (tanaman menjadi kerdil) ataupun terlambat
untuk memasuki fase vegetatif selanjutnya.
C. Metode
Kegiatan proyek
dimulai dari persiapan alat dan bahan, penyiapan bibit, aplikasi perlakuan,
perawatan, hingga panen. Adapun media yang digunakan untuk mencapai tujuan
proyek ini dengan menggunakan polybag. Dimana setiap polybag tanaman diberi
perlakuan penyiraman yang berbeda, yaitu P1 yaitu tanaman disiram sekali dalam
sehari pada pagi hari, dan P2 yaitu tanaman disiram dua kali dalam sehari yaitu
pada pagi dan sore hari.
Bahan yang
digunakan dalam proyek ini terdiri atas benih bayam hijau, arang sekam, tanah,
air, dan pupuk kandang. Alat yang digunakan dalam proyek ini antara lain penggaris
untuk mengukur tinggi tanaman, sendok pengaduk untuk mengaduk, wadah
pembenihan, dan polybag. Cara kerja yang akan dilakukan dalam proyek ini,
diantaranya dengan terlebih dahulu menyiapkan alat dan bahan yang akan
digunakan selama proyek berlangsung. Kemudian bibit bayam hijau disemai pada
wadah yang telah disiapkan. Siapkan juga media yang akan digunakan untuk
penanaman. Media tanam yang digunakan antara lain tanah, pupuk kandang, dan arang
sekam. Masing-masing diberikan dengan perbandingan 2:1:1. Campuran media tanam
dimasukan kedalam polybag sampai 3/4bagian. Setelah bibit
selesai disemai, cabut bibit dengan hati-hati. Kemudian pindahkan bibit kedalam
polybag yang sudah diisi tanah yang dicampur media tanam dan buat lubang
sedalam 2-6 cm menggunakan jari tangan. Setelah itu masukan bibit kedalamnya. Siram
tanaman tersebut. Tunggu dan rawat hingga masa panen tiba.
Parameter
yang diamati dalam penelitian ini diantaranya banyaknya jumlah daun (diamati
dengan menghitung daun yang tumbuh) dan tinggi tanaman (diukur dengan
menggunakan tali dari pangkal batang mengikuti batang yang tumbuh sampai dengan
titik tumbuhnya, panjang tali tersebut kemudian diukur dengan penggaris). Pengamatan
ini dilakukan dalam pada hari ke-10 setelah tanam, hari ke-15 setelah tanam,
hari ke-20 setelah tanam, hari ke-25 setelah tanam, dan hari ke-30 atau pada
saat panen.
D. Hasil
dan Pembahasan
Faktor- faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman terdiri dari faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang terdapat pada benih, bibit,
atau tanaman itu sendiri. Faktor eksternal merupakan faktor yang terdapat di
luar benih, bibit atau tanaman, salah satu yang mempengaruhi pertumbuhan yaitu
pemberian air atau penyiraman.
Tanaman akan mampu tumbuh dengan baik bila kebutuhan airnya dapat terpenuhi dalam jumlah dan waktu yang tepat, serta unsur hara, CO2, temperatur dan sinar matahari yang tersedia mencukupi. Berikut ini data hasil yang diperoleh dari hasil proyek ini mengenai perbedaan penyiraman pada tanaman bayam hijau.
1.1 Data
tinggi tanaman
|
P1 |
P2 |
10 HST |
17 cm |
19 cm |
15 HST |
20,2 cm |
22 cm |
20 HST |
26,8 cm |
28,3 cm |
25 HST |
39,4 cm |
30,6 cm |
30 HST/ Panen |
33,6 cm |
34,3 cm |
Data pertumbuhan tinggi pada tanaman bayam
Hasil pengamatan menunjukkan pertumbuhan tinggi tanaman bayam hijau tertinggi diperoleh pada tanaman P2 yaitu tanaman dengan penyiraman 2 kali dalam sehari. Kenyataan ini dipengaruhi oleh semakin bertambah besar tanaman, maka semakin besar pula kebutuhan air dalam proses pertambahan tinggi tanaman. Dalam kasus ini selaras dengan pernyataan Lubis (2000) dalam Thomas (2013) bahwa jika tanaman kekurangan air, maka proses pertumbuhan terhambat dan hasil akan menurun. Pemberian yang di bawah kondisi optimum bagi pertumbuhan tanaman, akan berakibat tanaman akan terhambat (tanaman menjadi kerdil) ataupun terlambat untuk memasuki fase vegetatif selanjutnya. Ketersediaan air sangat mempengaruhi pertumbuhan tinggi tanaman dan perkembangan jaringan-jaringan meristem pada titik tumbuh tanaman.
1.2 Data
banyaknya daun yang tumbuh
|
P1 |
P2 |
10 HST |
9 |
10 |
15 HST |
11 |
13 |
20 HST |
14 |
22 |
25 HST |
28 |
31 |
30 HST |
35 |
38 |
Data Banyaknya Daun yang tumbuh pada tanaman bayam hijau
Hasil pengamatan pengaruh perbedaan penyiraman pada jumlah daun menunjukkan bahwa rata-rata pertumbuhan jumlah daun tanaman tertinggi diperoleh pada tanaman dengan penyiraman 2 kali sehari. Kekurangan air secara internal pada tanaman berakibat langsung pada penurunan pembelahan dan pembesaran sel. Tanaman memiliki reaksi yang sangat kompleks menghadapi cekaman kekeringan. Pada setiap tanaman membutuhkan suplai air yang cukup dalam proses fotosintesis untuk membentuk helai-helaian daun yang baru. Menurut Soemartono (1990) dalam Thomas (2013) bahwa air sangat dibutuhkan oleh tanaman dalam semua proses fisiologis tanaman termasuk pembelahan sel dan proses pembentukan daun.
Disamping
pertumbuhan tanaman pada P1 dan P2, ada kendala yang menghambat pertumbuhannya,
yaitu adanya hama tanaman yang mengakibatkan daun pada bayam ini bolong-bolong.
Hal ini disebabkan banyak oleh ulat atau hama lainnya yang menyerang daun
hingga dapat menghabiskan satu bagian daun.
Gambar 2 Pertumbuhan tanaman Bayam |
Meskipun
terdapat hama yang menggangu, namun pertumbuhan pada tanaman tidak terlalu
terkendala. Dapat dilihat dari tabel 1.1 dan tabel 1.2, bahwa tanaman mengalami
pertumbuhan. Dan untuk pertumbuhan pada kedua tanaman memang mengalami
perbedaan baik pada tingginya maupun banyaknya daun yang tumbuh. Tanaman P2,
tanaman yang disiram dua kali dalam sehari mengalami pertumbuhan tinggi dan
jumlah daun yang lebih lebih banyak dari pada tanaman P1. Hal ini diduga karena
pengaruh kelembaban tanah yang bisa dipertahankan secara sinambung oleh
frekuensi penyiraman 2 kali sehari. Menurut Harjadi (1996) dalam Thomas (2013) tanaman sangat
membutuhkan air dalam jumlah yang teratur untuk mendukung pertumbuhannya,
sehingga pemberian air yang merata sepanjang pertumbuhan tanaman akan selalu
ideal untuk tanaman tersebut. Penyiraman yang
sedikit-sedikit namun sering dan teratur memungkinkan air selalu ada sehingga
dapat selalu tersedia bagi tanaman, karena hal yang paling penting dari
jumlah air yang ada dalam tanah adalah ketersediaannya.
E. Kesimpulan
Air adalah hal yang penting bagi tanaman. Pemberian air dalam jumlah yang teratur dapat mempengaruhi pertumbuhannya. Perbedaan pemberian air pada tanaman bayam dapat mempengaruhi kualitas tumbuhnya, dimana pemberian air 2 kali sehari memberikan hasil yang baik pada tinggi dan banyaknya jumlah daun yang tumbuh, dari pada pemberian air hanya sekali dalam sehari. Penyiraman yang sedikit-sedikit namun sering dan teratur memungkinkan air selalu ada dan lebih baik daripada memberikannya banyak namun jarang.
DAFTAR PUSTAKA
Fitri,
A., Harianto., Asmarantaka, R.W. 2018. The Effects Partnerships on The
Efficiency of Mustard Farming at Megamendung District. Jurnal Manajemen dan
Agribisnis. 15(1): 13.
Hurriyah,
Citra Lyn. 2019. Pengaruh Penambahan Sari Bayam Hijau Dan Sari Bayam Merah
Terhadap Kualitas Gizi Mie Basah Sebagai Sumber Belajar Biologi. Skripsi.
Malang: Universitas Muhammadiyah Malang. Diakses dari: http://eprints.umm.ac.id
Maryono,
E., Syafruddin, D., Supiandi, M., Bustami, Y., Lisa, Y. 2019. Pertumbuhan Tinggi
Tanaman Sawi Hijau Melalui Pemberian Campuran Media Tanam Berbahan Apu-Apu. Jurnal
Biologi dan Pembelajarannya. 6(1): 7-9.
Sari,
R, M, P., Maghfoer, M, D., & Koesriharti. 2016. Pengaruh Frekuensi
Penyiraman Dan Dosis Pupuk Kandang Ayam Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman
Pakhcoy (Brassica rapa L. var. chinensis). Jurnal Produksi Tanaman. 4(5).
Halaman 342-351
Yuliantika,
Iin., Dewi, Nurul Kusuma. 2017. Efektivitas Media Tanam Dan Nutrisi Organik
Dengan Sistem Hidroponik Wick Pada Tanaman Sawi Hijau (Brassica juncea L.). Prosiding
Seminar Nasional SIMBIOSIS II. 30 September 2017. Halaman 228-229.
Sarawa, Arma, M. J., & Matola, M. (2014).
Pertumbuhan Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merr) Pada Berbagai Interval
Penyiraman dan Takaran Pupuk Kandang. Jurnal Agroteknos, 4(2),
78–86.
Thomas,
A. (2013). Pengaruh Frekuensi Pemberian Air Terhadap Pertumbuhan Bibit Jabon
Merah (Anthocephalus Macrophyllus (Roxb.) Havil). Cocos, 2(2),
1–13.