Darah adalah sebuah cairan didalam pembuluh darah yang berfungsi mengatur keseimbangan asam dan basa, tranportasi oksigen (O2), serta mekanisme homestasis (membawa berbagai bahan ke dan dari sel, menyangga perubahan pH, mengangkut kelebihan panas, sistem pertahanan tubuh, dan memperkecil kehilangan darah apabila terjadi kerusakan). Cairan tubuh ini terbuat dari jaringan hidup yang mengalir di seluruh bagian tubuh melalui kumpulan jaringan pembuluh darah. Setiap makhluk hidup, baik manusia ataupun hewan, darah merupakan suatu komponen yang esensial. Darah selalu berada di dalam pembuluh darah, sehingga dapat menjalankan fungsinya. Untuk setiap orang memiliki jumlah darah yang berbeda-beda, tergantung dari berat badan, usia, pekerjaan/aktivitas yang dilakukannya, serta keadaan jantung dan pembuluh darahnya. Pada orang dewasa, jumlah darah dalam tubuhnya biasanya 4,5-5 liter atau 70-75 ml/kg atau 1/13 dari berat badannya.
Komponen utama dalam darah yaitu plasma darah dan butir-butir darah (blood corpuscles). Lebih dari separuh isinya atau sekitar 55% dalam darah merupakan cairan (plasma) yang mengandung garam-garam terlarut dan protein (albumin). Plasma lainnya juga mengandung hormon, elektrolit, lemak, gula, mineral, dan vitamin. Plasma darah ini berfungsi untuk mengedarkan nutrisi, hormon, dan oksigen ke seluruh tubuh. pH darah bersifat alkaline dengan pH 7,35-7,45. Ciri atau yang menjadi pembeda cairan darah dengan cairan lain yang ada didalam tubuh yaitu dari warnanya yang merah dan kental. Banyaknya senyawa yang memiliki berat berbeda yang terlarut dalam darah mengakibatkan zatnya mengental. Sedangkan untuk warnanya yang merah dikarenakan oleh senyawa berwarna merah yang terdapat didalamnya. Darah arteri (pembuluh darah yang mengalirkan darah dari jantung dan paru-paru menuju ke seluruh tubuh) memiliki warna merah muda karena banyaknya oksigen (O2) dengan hemoglobin didalamnya. Sedangkan darah vena (pembuluh darah yang mengalir kembali membawa darah ke jantung dan paru-paru) berwarna merah gelap atau tua karena kurangnya oksigen (O2) didalamnya.
Warna merah pada darah ini disebabkan oleh protein hemoglobin yang mengandung senyawa berwarna merah (heme). Heme ini nantinya yang akan mengangkut oksigen melalui aliran darah. Heme ini juga mengandung atom besi (Fe) yang mengikat oksigen, yang mana bahan atom ini akan memuncukan warna khusus jika dilihat dengan mata. Dalam darah yang mengalir, terdiri atas tiga jenis sel darah didalamnya, yaitu sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan keping darah (trombosit).
· Sel darah merah (eritrosit) ini merupakan suatu kantung yang mengangkut oksigen (O2) dan karbon monoksida (CO2), bentuknya bikonkaf dan tidak memiliki inti sel. Sel darah merah ini memiliki usia yang terbatas, yaitu sekitar 120 hari. Produksi sel darah ini oleh sumsum tulang, dalam keadaan normal, seimbang dengan kecepatan yang konstan dengan lenyapnya sel darah merah.
· Sel darah putih (leukosit) merupakan unit-unit pertahanan tubuh, berbentuk bulat dan tidak beraturan (ukurannya lebih besar dari sel darah merah) yang dapat menyerang dan menghancurkan benda asing atau sel yang abnormal dalam tubuh, kemudian membersihkannya debris didalmnya. Ada lima jenis sel darah putih, diantaranya neutrofil (berperan untuk memakan bakteri dan debris), eosinofil (berperan dalam menyerang cacing parasitik dan berperan dalam reaksi alergi), basofil (berperan dalam respon alergi dan membersihkan partikel lemak dalam darah), monosit (sebagai makrofag), dan limfosit (membentuk pertahanan tubuh).
· Keping darah (Trombosit) berperan dalam homestasis serta penghentian pendarahan dari pembuluh yang cedera. Keping darah akan mulai bekerja apabila berkontrak dengan kolagen di dinding pembuluh yang rusak. Pembentukan bekuan (koagulasi darah) akan memperkuat sumbat keping darah dan mengubahnya menjadi suatu gel yang tidak mengalir.
Hemoglobin ini terdiri dari komponen heme dan globin, yang merupakan bagian dari eritrosit. Heme adalah gabungan dari protoporfirin dengan besi (Fe), dan globin terdiri atas dua rantai alfa dan rantai beta. Hemoglobin ini berfungsi untuk mengikat oksigen (O2) dari paru dan dalam peredaran darah untuk dibawa ke jaringan, serta menyerap karbon dioksida dan ion hidrogen yang kemudian membawanya ke paru-paru. Selain itu, hemoglobin juga membawa karbon monoksida dan dengan karbon monoksida yang kemudian membentuk ikatan karbon monoksihemoglobin (HbCO). Setiap sel darahnya mengandung sekitar 640 juta molekul Hb. Normalnya, jumlah Hb dalam darah adalah 15 gram dalam setiap 100 ml darah. Dan tentunya, kadar ini dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu usia, jenis kelamin, kehamilan, menstruasi, asupan makanan, dan lain sebagainya.
Kemampuan hemoglobin mengikat oksigen (O2) ini lemah. Afinitas hemoglobin mengikat O2 ini dapat dikatakan lebih rendah daripada afinitas terhadap karbon monoksida (CO). Afinitas karbon monoksida ini 210 kali lebih tinggi daripada afinitas oksigen, sehingga karbon monoksida ini dapat menggantikan dan menurunkan kapasitas darah sebagai pengangkut O2. Dan jika hal ini terjadi secara berkelanjutan, maka tubuh akan mengkompresasi sehingga hemoglobin akan meningkat dan akan menjadi lebih tinggi dari nilai normalnya.
Selain jumlah beratnya yang berbeda, setiap orang juga memiliki jenis golongan darah yang berbeda, karena bersifat herediter (keturunan) dari orang tua. Penggolongan ini berdasarkan perbedaan aglutinogen (antigen) dan aglutinin. Ada berbagai macam antigen dalam penentuan golongan darah, namun hanya sistem ABO dan rhesus yang paling penting dan banyak digunakan. Pada sistem golongan darah ABO pada manusia, ada empat macam yang ditemukan yaitu A, B, AB, dan O. Individu yang bergolongan darah A memiliki antigen A pada sel darah merahnya dan antibodi anti-B dalam serumnya yang dapat diaglutinasi oleh darah individu golongan Byang memiliki antigen B pada sel darah merahnya dan anti-A pada serumnya, dan begitupun sebaliknya. Sedangkan individu bergolongan darah O tidak memiliki antigen pada sel darah merahnya. Dan individu golongan darah AB memiliki kedua antigen tersebut pada sel darah merahnya. Penentuan golongan darah ini dapat dilakukan dengan menggunakan darah individunya, namun beberapa penelitian juga ada yang menentukan golongan darah dengan menggunakan saliva. Namun setelah dilakukan penelitian, penentuan golongan darah menggunakan saliva ini hanya dapat dilakukan 80% oleh populasi kulit putih.
Seperti sistem organ yang lainnya, pada darahpun juga dapat terjadi gangguan yang mengakibatkan penyakit kelainan pada darah yang berdampak pada fungsi bagian darah tersebut. Ada beberapa penyakit yang menyerang darah dan dibagi menjadi tiga jenis, yaitu penyakit pada sel darah merah seperti anemia (kekurangan darah), thalasemia (kelainan darah genetik), polisitemia vera (kanker darah); penyakit pada sel darah putih seperti leukimia (kanker darah), limfoma (kanker darah); serta penyakit pada keping darah seperti hemofilia (kurangnya jumlah keping darah dalam tubuh), dan trombositosis primer (kelebihan jumlah trombosit atau keping darah).
DAFTAR PUSTAKA
Farida, R. Suryadhana. & Gultom, F. 1993. Penentuan Golongan Darah Sistem ABO Melalui Saliva Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Jurnal Kedokteran Gigi. 1(1). Halaman 10-14